Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Mutiara Salaf

Written By Rudianto on Sabtu, 01 Oktober 2011 | 11.16


Delapan Buah Kedengkian

Pertama, kedengkian itu bisa membawamu menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain. Artinya engkau sedih jika orang lain mendapat nikmat, dan merasa senang jika orang lain mendapat musibah. Ini termasuk perbuatan orang munafik. Kedua,engkau semakin memendam kedengkian di dalam batin sehingga engkau merasa bergembira atas musibah yang menimpa orang lain.Ketiga, engkau menjauhi dan memutus orang itu sekalipun dia datang kepadamu dan mencarimu. Keempat, engkau berpaling darinya karena engkau merendahkannya. Kelima, engkau membicarakannya dengan pembicaraan yang tidak dibenarkan, seperti dusta, ghibah, menyebarkan rahasia, menodai harga dirinya, dan lain sebagainya. Keenam,engkau menirukannya sebagai pelecehan dan penghinaan terhadapnya. Ketujuh,engkau menyakitinya dengan memukul dan hal yang menyakiti badannya. Dankedelapan, engkau menghalangi haknya seperti pembayaran utang atau silturahim. Semuanya ini adalah haram. (Imam Ghazali)

9 Pembangkit & Penawar Kemarahan

Kesombongan, ujub, senda gurau, kesia-sian, pelecehan, pencibiran, perdebatan, pertengkaran, penghianatan, ambisi pada harta dan kedudukan, semuanya adalah sebab yang dapat membangkitkan amarah. Tidak ada yang bisa menghilangkannya kecuali dengan kebalikannya :

  1. Sombong harus dihilangkan dengan tawadhu’.
  2. Ujub dapat dimatikan dengan mengenal diri.
  3. Kebanggaan dapat dihapuskan dengan mengingat asal yang pertama.
  4. Senda gurau dapat dihilangkan dengan kesibukan menunaikan berbagai tugas agama yang akan menghabiskan umur yang ada.
  5. Kesia-siaan dapat dihapuskan degan keseriusan mencari keutamaan, akhlak yang baik, dan ilmu agama yang menghantarkan pada kebahagiaan dunia akhirat.
  6. Pelecehan dihapuskan dengan tidak menyakiti orang lain dan menjaga diri agar tidak dilecehkan orang lain.
  7. Pencibiran dihilangkan dengan menghindari perkataan yang buruk dan menghindarkan diri dari jawaban yang pahit.
  8. Penghianatan dihapuskan dengan sikap jujur dan amanah.
  9. Ambisi untuk bermegah-megah dihapuskan dengan qana’ah demi menjaga kemuliaan merasa cukup dan demi menghindari hinanya mencari kebutuhan.(Imam Ghazali)

TUJUH PERKARA DAN BATASANNYA

1. Nafsu syahwat ada batasnya, yaitu istirahatnya hati dan akal dari kemaksiatan dan mencari keutamaan.

2. Istirahat ada batasnya, yaitu mengumpulkan jiwa dan kekuatan sebagai persiapan untuk taat dan mencari keutamaan tanpa merasa bosan maupun lelah.

3. Kedermawaanan ada batasnya, jika melebihi batas akan menjadikan berlebih-lebihan dan tabdzir, tetapi jika kurang akan menjadi bakhil dan pelit.

4. keberanian ada batasnya, yaitu maju saat di tuntut untuk maju dan mundur saat di tuntut untuk mundur.

5. Kecemburuan ada batasnya, jika berlebihan akan menyebabkan berburuk sangka dan jika melemah akan menyebabkan lalai dan masa bodoh.

6. Tawadhu’ ada batasnya, jika berlebihan akan menyebabkan hina dan rendah diri dan jika melemah akan menyebabkan sombong dan besar kepala.

7. Kemuliaan ada batasnya, jika melebihi batas akan menyebabkan kesombongan dan jika melemah akan menyebabkan kehinaan dan rendah diri.

Yang tepat dari semua sifat di atas adalah kesederhanaan, yaitu pertengahan antara terlalu berlebihan dan terlalu kekurangan, karena di atas keserdahanaan itulah bangunan kemaslahatan dunia dan akhirat dapat ditegakkan.

(Ibnu Qayyim al Jauziya dalam Al Fawaid)

0 komentar:

Posting Komentar