Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Tergelincirnya Ulama

Written By Rudianto on Rabu, 29 Agustus 2012 | 09.38

Tergelincirnya ulama: jika dia mendapat petunjuk maka jangan jadikan dien kalian taqlid padanya. Jika dia terfitnah maka janganlah kalian putus harapan kalian darinya, karena sesungguhnya orang mukmin itu terfitnah
kemudian bertobat. Ulama yang sholih, yang luas pandangannya, lagi mendapat petunjuk, sekali tergelincir maka akan menjadi fitnah (ujian).

Imam Ibnu Taimiyah mengingatkan bahaya tergelincirnya orang alim, bantahan orang munafik, dan pemimpin-pemimpin yang menyesatkan, dengan mengemukakan atsar dari Umar dan Abu Darda’. Ziyad bin Hudhair berkata, Umar telah berkata: Tiga perkara yang merusak agama adalah tergelincirnya orang alim (ulama),
bantahan orang munafiq dengan Al-Qur’an, dan pemimpin-pemimpin (imam-imam) yang menyesatkan.

Al-Hasan berkata, telah berkata Abu Darda’: “Sesungguhnya di antara hal yang aku khawatirkan atas kamu sekalian adalah tergelincirnya orang alim (ulama), dan bantahan orang munafiq dengan Al-Qur’an... (Ibnu
Taimiyyah, al-Fatawa Al-Kubro, juz 9 halaman 108).

Dari Ziyad bin Hudhair, ia berkata, Umar telah berkata kepadaku: Apakah kamu tahu apa yang  menghancurkan Islam? Ia (Ziyad) berkata, aku berkata: Tidak. Ia (Umar) berkata: yang menghancurkan Islam adalah tergelincirnya orang alim (ulama), bantahan orang munafik dengan al-Qur’an, dan hukum (keputusan) pemimpin-pemimpin yang menyesatkan. (Riwayat ad-Darimi, dan berkata Syaikh Husain Asad:
isnadnya –pertalian riwayatnya—shahih).

Dalam hal ini Ibnu Taimiyyah menegaskan: Oleh karena itu dikatakan: Awas hati-hati (hindarilah)  tergelincirnya orang alim (ulama), karena sesungguhnya ketika ia tergelincir maka tergelincirlah dunia karena tergelincirnya (ulama itu). (Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa, juz 4 halaman 296).
***
Lalu bagaimana keadaannya ketika ulama menjadi corong para penguasa durjana, menjadi lisan yang berbicara dengan nama mereka, menjual fatwa dengan kenikmatan dunia dan memberikan ilmu pada orang yang memegang pedang dan emas?

Dia tidak memiliki keinginan kecuali membenarkan perbuatan para penguasa yang telah memenuhi segala kebutuhan hawa nafsunya? Dan memoles hukum dan kekuasaan mereka dengan dalil syar’i. Sementara lisan
mereka sangat tajam menyerang para ulama amilin, ulama mukhlisin, aktifis dan pejuang, mujahidin muwahhidin, yang bersungguh sungguh hendak menegakkan kalimahNya dimuka bumi?

Dia tidak menemukan satu celah kecuali dia luaskan dan tidak pula satu retak kecuali menyebarkannya. Bagaimana keadaan pada hari itu? Lalu akan seperti apa keadaan umat? Kalangan awam mereka telah dipenggal lehernya oleh dunia, selalu berusaha mendapatkannya padahal mereka sudah banyak memilikinya. Para ulama suu' dan syaikh-syaikh mereka memalsukan dienullah ta’ala?

Bagaimana seseorang bisa selamat kala syubhat-syubhat telah merata di setiap lembah?
Musuh-musuh kebenaran dari segala penjuru? Orang Islam yang komitmen dengan keislamannya. Bersungguh sungguh dalam memegang ajaran Islam. Dan terus berupaya melaksanakan kewajibannya dalam menegakkan  dienullah. Bersama dengan penguasa para ulama suu’ itu seringkali menghantam mereka dengan berbagai cara.

Kadang-kadang para ulama suu’ mendatangi dari pintu takwa. Kadang-kadang dari pintu taklid pada beberapa orang. Siapa ulama kalian? Siapa yang menyertai kalian dalam urusan ini? Siapa dari syaikh-syaikh dunia yang menguatkan kalian di atas hal ini? Jika cara-cara ini tidak berhasil maka mereka menakut-nakuti dengan kesempitan hidup di dunia, hilangnya orang-orang yang dicintai, hilangnya harta benda, pengawasan intel-intel, atau terbongkarnya rahasia. Di hadapan semua ini, bagaimana seseorang bisa selamat?
***
Salah seorang mereka berkata: Aku duduk bersama seorang laki-laki yang aku kira dia orang yang baik dalam membantu orang orang yang berjuang menegakkan hukum Allah. Aku terus duduk bersamanya sampai dia mulai lepas dari membantu dan menguatkan mereka. Dia menyebut-nyebut beberapa aib dan kesalahan -menurut anggapannya-. Lalu aku berbicara padanya, maka dia tidak mendapati selain
ucapannya yang dia arahkan pada wajahku: “Hati-hati engkau dari fanatik jamaah!”
***
Tuduhan ta’assub, fanatik, ekstrim, ekslusiv dan sejenisnya adalah tembakan peluru yang tidak asing bagi orang orang Islam yang hendak menegakkan kalimatullah di muka bumi. Istilah-istilah al-haq digunakan melawan untuk memalingkan dari al-haq? Sungguh benar Ali radhiallahu ‘anhu –ketika tahkim al-Qur’an
menuntutnya–, dia mengatakan: Kata-kata al-haq, tapi diinginkan dengan kata-kata itu kebatilan.
Bantahan syubhat tentang mujahidin – menurut orang-orang pandainya– telah dianggap fanatik. Tetap teguh (tsabat) di atas al-haq dan tidak berubah-ubah dianggap fanatik.
***
Adapun seseorang yang tsabat di atas dunia yang menyibukkannya dan memenggal lehernya, seseorang tsabat pada penguasa, tsabat pada hukum buatan manusia, tsabat pada partainya, tsabat pada marga dan keluarganya, tsabat di atas persahabatan dengan ahlul bid’ah dari kalangan para penganut agama demokrasi,
dan tsabat di atas persahabatannya dengan ahlul bid’ah dari segala penjuru, tidak disebut fanatik.

Pada kacamata penguasa dan ulama suu' itu, orang yang mati-matian menyebarluaskan liberalisme, pluralisme, dan berbagai isme isme lain yang nyata nyata telah meruntuhkan akhlak dan moral bangsa, menimbulkan berbagai kekacauan, keresahan dan kejahatan tidak disebut fanatik, ekstrim dll sebagaimana
dituduhkan pada para pejuang dan penegak kalimatullah.

Mencabik cabik ajaran Quran dan sunnah yang murni dan penyelewengan atasnya, disebut sebagai keterbukaan berpikir, kebebebasan, intelek dan berpikiran cemerlang!
Wal ‘iyadzubillah. Allahumma sallimna.

0 komentar:

Posting Komentar