Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Koleksi Nasyid Klasik

Written By Rudianto on Minggu, 31 Maret 2013 | 01.41

Berikut ini daftar kumpulan nasyid-nasyid lama era tahun 80a s/d 96 seperti dari grup nasyid The Zikr, Nada Murni, dsb sebelum lahirnya grup nasyid kontemporer seperti Hijjaz, Raihan, Rabbani, Brothers, Saujana dll. Walaupun sudah lama, tetap enak didengar dan syair-syair yang terkandung di dalamnya juga sangat dalam artinya. Nasyid ini diiringi hanya menggunakan alat musik perkusi (rebana), karena kesederhanaan inilah nasyid ini tetap menjadi salah satu pengingat dan penyemangat serta sebagai penghibur dikala mengalami kejenuhan dalam berdakwah.

Amin - Untukmu Yang Tersayang
Al-Anwar - Indahnya Kalam Tuhan
Al-Anwar - Senandung Kesyukuran
Al-Wadi - Belenggu Fatamorgana
Al-Wadi - Indahnya Bersama Islam
Al-Wadi - Islam Penyelesaian
Al-Wadi - Meniti Mega Syawal
Al-Wahida - Sinar Cemerlang
All 4 Ummah - Untukmu
Amien - Hidayah
Anugerah - Masih Ada Waktu
As-Shoff - Berat Sama Dipikul Moga Islam
As-Shoff - Takkan Islam Hilang Di Dunia
Bangsar Boyz - Ke Destinasi Baru
Budi Murni - Puisi Kecintaan
Fajar (SPPUM) - Manifestasi Kurniaan Al
Fitrah Murni - Hidup Bersama Ilahi
Fitrah Murni - Jiwa Kehambaan
Grup Apresiasi Seni - Kembali
Grup Apresiasi Seni - Pasrah
Ibnu Sabil - Ashabul Kahfi
Ikhwan's - Zikrayat
Kamal Halim - Yang Maha Penyayang
Kombinasi 3 Generasi - Cahaya Hati
Kompilasi - Keharmonian Aidilfitri
Kompilasi - Menongkah Gerbang Syawal
Lambaian Kasih - Dunia Oh Dunia!
Mirwana - Cry For Freedom
Mirwana - G.E.N.E.R.A.T.I.O.N.S
Mirwana - Show Me The Way
Mirwana - Sure You Can
Mirwana - Terima Kasih Guru
Nadamurni - Ramadhan Syawal Neraca Taqw
Nadamurni & Puteri Arqam - Yang Dirindu
Nadamurni - Balada Makkatul Mukarramah
Nadamurni - Bila Nur Melimpah Di Hati
Nadamurni - Cahaya Di Ufuk Timur
Nadamurni - Di Mana Kasih Di Mana Sayang
Nadamurni - Falsafah Haji
Nadamurni - Keinsafan
Nadamurni - Kelahiran
Nadamurni - Kemesraan Di Aidilfitri
Nadamurni - Koleksi Aidul Mubarak
Nadamurni - Konsert Bergerak Serambi Mek
Nadamurni - Lambaian Syawal
Nadamurni - Live Album
Nadamurni - Malaysia Indah
Nadamurni - Musafir Kelana
Nadamurni - Nur Aidilfitri
Nadamurni - Potret Ramadhan Syawal
Nadamurni - Salam Perkenalan
Nadamurni - Seruan Perjuangan
Nadamurni - Soul Of Islam
Nadamurni - Top Hits
Nadamurni - Untukmu Rasulullah II
Nadamurni - Untukmu Rasulullah
Nadamurni Feat. The Zikr - Munajat
Nahwan Nur - Di Kala Hati Bercahaya
Nahwan Nur - Persada Nurani
Nahwan Nur - Terlerai Kabus Di Terbit Fa
Penawar Hati - Baiduri
Puteri Arqam - Selamat Tinggal Duniaku
Rusydan - Islam Semesta
Shoutul Amal - Amal Kerana Allah
Shoutul Amal - Gema Perjuangan
Soutul Jihad - Inspirasi
Soutul Jihad - Sumbangsih
Soutul Mujahideen - Gemilang
Soutul Mujahideen - Wakafan
Soutun Nahdhah - Islamku
Soutus Sofwa - Adik-adikku Sayang
Soutus Sofwa - Dengarlah Sayang
Soutus Sofwa - Jam Tujuh
Suara Azhar - Sinaran Azhar 2
Suara Azhar - Sinaran Azhar 3
Suara Azhar - Sinaran Azhar 4
Suara Azhar 1 - Perantau
Suara Firdaus - Syahdu
Suara Generasi - Generasiku
Suara Hati - Antara Kita
Suara Hati - Kembalilah Kasih
Suara SMAKL - Jendela Hati
Suara Tajdid - Suara Tajdid
The Zikr - Antara 2 Cinta
The Zikr - Kenangan
The Zikr - Secerah Pawarna
Ug5c - Anak Soleh (2004 Reunion)
Ug5C - Ayuhlah Diri (Seruan Jihad Remastering)

Bagi para peminat nasyid boleh pesan ni Album nasyidnya dalam seri Album Nasyid-nasyid klasik yang dikompilasikan kembali oleh Nuris fm
01.41 | 1 komentar

Serial Film Muhtar As Tsaqafi

Written By Rudianto on Sabtu, 30 Maret 2013 | 23.08

Hasan dan Husain, adalah Sayid (pemimpin) para pemuda di surga nanti, dan Allah swt telah meninggikan derajat mereka lewat ibtila’ (cobaan) yang menimpa mereka seperti pendahulu mereka; Hamzah, Ali, Ja’far, Umar, Utsman dan lainnya dengan syahadah. Sebagaimana sabda Nabi saw: “Al-Hasan dan Al-Husain adalah pemimpin para pemuda di surga”. (HR. At-Tirmidzi)
Dan bulan Ramadahan kemarin perusahaan perfilman di Timur Tengah, me-release film yang sangat kontroversial dalam sejarah Islam karena menayangkan detail fitnah terbesar dalam sejarah Islam antara Muawiyah, Hasan dan Husain. Film ini disutradari oleh Muhammad Alyasari, Muhammad Al-Hisyan dan Abdul Baari.
Pemilihan media film memang tepat karena media ini mengkombinasikan antara melihat dan mendengar menjadi satu, sehingga isi pesan mudah ditangkap dan tidak mudah dilupakan, kita dapat menikmati kejadian dalam waktu lama pada suatu proses atau peristiwa tertentu, selain itu pengaruh hebat film dapat membangun sikap, perbuatan dan membangkitkan emosi penonton.
Aktor dan bintang film terkenal Timur Tengah ikut meramaikan film tersebut di antara mereka; Rasyid Asyaf memerankan pribadi Muawiyah bin Abu Sufyan, ‘Ala’ Al-Qaasim sebagai Abdullah bin Zubair, Romi Wahbah sebagai Yazid bin Muawiyah, selainnya Thalahat Hamdi sebagai Zubair bin Awwam, Taaj Haidar sebagai Zainab binti Ali bin Abi Thalib, Zanaati Qudsiyyah sebagai Adi bin Hatim Attha’I, Muhammad Al Rasyi sebagai Qutaibah, Fathi Al-Hadawi sebagai Hurqush bin Zuhair As-Sa’di, Abdurrahmad Abul Qasim sebagai Abu Hurairah dan terakhir, dua pemuda asal Yordania, Khalid Maghwairi dan Muhammad Al-Majali memerankan pribadi Hasan dan Husain.
Alhamdulillah, ini adalah artikel ketiga yang membahas tentang film-film Islami yang banyak mengundang kontrofersi; tulisan sebelumnya tentang film Nabi Yusuf As-Shiddiq dan Sahabat Nabi, Khalid bin Walid. Dan seperti serial film sebelumnya, film ini ditayangkan selama bulan Ramadhan penuh, terdiri dari 30 serial yang tiap serialnya berdurasi sekitar satu jam penuh.
Dengan cepat film serial ini menjadi sangat terkenal, selain karena animo penonton parabola, situs dan blog yang besar, propaganda yang besar-besaran dan reaksi ulama atas film ini juga semakin menambah terkenalnya film ini dan banyak orang yang penasaran akan isi film ini.
Film ini berkisah tentang peri kehidupan dua imam; Hasan dan Husain dan fitnah kubra yang menimpa umat Islam selepas wafatnya Nabi Muhammad saw, peran keduanya dalam membela hak khalifah Utsman bin Affan dan peran keduanya sebagai pembantu Khalifah Ali bin Abi Thalib, ayah mereka. Ada juga kisah turunnya Hasan dari kekuasaan demi persatuan umat Islam, peristiwa ini dikenal dalam sejarah sebagai ‘aamul jama’ah’ (tahun persatuan).
Selain itu, film tersebut juga menggambarkan sosok Abdullah bin Saba’ yang keberadaannya diperdebatkan dalam sejarah Islam, dan Yazid bin Muawiyah yang menjadi khalifah sepeninggal ayahnya, Muawiyah bin Abu Sufyan. Dan tak ketinggalan peristiwa perang Jamal dan Shiffin.
Setelah beberapa tahun berada dalam proses produksi, tahun lalu, serial ini melakukan pengambilan gambar di Suriah, Yordania, Lebanon, Maroko, dan Emirat Arab. Tapi di tempat film ini dibuat yaitu Mesir, tidak dilakukan pengambilan gambar. Hmm…… Ini salah satu kelihaian dari sang sutradara.
Menurut rencana, film serial Muawiyyah, Hasan dan Husain ini akan ditayangkan oleh tujuh jaringan satelit Arab, yang tiga diantaranya merupakan televisi Mesir, yakni Al-Hayyat, An-Nahar dan Rotana Mesir.
Muhammad Anizi direktur perusahaan perfilman Meha, dalam sebuah wawancara dengan Aljazeera mengatakan bahwa serial ini telah menelan biaya sebesar 8 juta dolar. Sampai saat ini, serial ini adalah serial termahal yang pernah diproduksi di dunia Arab.
Dari sejak permulaan, sudah diprediksi bahwa serial dengan materi yang sangat sensitif ini akan menghadapi reaksi yang keras dari dunia Islam. Oleh karena itu, para produser serial film mencari jalan keluar untuk memperoleh kesepakatan para ulama Islam. Mereka berhasil menemui para ulama yang sejalan dengan garis keyakinan mereka di Saudi Arabia, Yaman, Kuwait, dan Bahrain.
Lebih dari itu, direktur perusahaan perfilman Meha yang bertanggung jawab mengedit dan mengesahkan serial ini pernah berkomentar, “Sekelompok ahli senantiasa hadir di area pengambilan gambar dan mengontrol seluruh kandungan film sehingga seluruh isinya sejalan dengan keyakinan agama dan realita sejarah.”.
Sekalipun prolog pelicin ini telah mereka siapkan sematang mungkin, serial “Mu’awiyah, Hasan, dan Husain” tetap menuai protes, baik dari kalangan Ahlus Sunnah dan Syiah, bahkan kalangan Syiah sangat vokal dan agresif untuk menghentikan penayangan film ini, kenapa?? apa yang tersembunyi dibalik serangan mereka terhadap film serial ini?? temukan jawabannya di bawah ini.
Sikap Ahlus Sunnah terhadap film Muawiyah, Hasan dan Husain
Pendirian Ahlus Sunnah tetap teguh bahwa membuat film tentang Nabi atau Sahabat hukumnya haram secara syariat. Berikut ini fatwa-fatwa ulama yang saya terjemahkan  langsung dari bukunya (kalau ada terjemahan yang kurang pas mohon koreksi dan pembetulan J)
Fatwa Majma’ Buhuts di Kairo dan Majlis Ulama Rabithah Alam Islami tahun 1397 H
Pada bulan Dzulqa’dh tahun 1397 H Majma’ Buhuts di Kairo telah mengeluarkan Taushiyyat bahwa mereka tidak setuju dengan pembuatan film “Muhammad Rasulullah” atau “Ar-Risalah” atau film lainnya yang menampakkan para Sahabat dan tidak boleh mengedarkannya demi menjaga kehormatan Nabi dan para Sahabat.
Fatwa di atas juga diikuti Majlis Rabithah yang kemudian menetapkan secara ijma’ keharaman untuk mengedarkan film “Muhammad Rasulullah” yang menampakkan Rasulullah atau Sahabat dalam banyak tayangan yang telah diharamkan secara ijma’.
Selanjutnya Majlis meminta kepada Rabithah untuk menyebarkan ketetapan tersebut ke semua elemen umat Islam; seperti Negara Islam, Perguruan Tinggi Islam, para Mentri, Ulama, Majami’ Ulama dan lainnya.
Fatwa Majma’ Buhuts di Saudi Arabia tahun 1393 H
Pada tanggal 16/04/1393 H, Haiah Kibarul Ulama di Saudi mendapat surat dari Thalal bin Syaikh Mahmud Al-Bashni Al-Makki, Direktur Umum PT. Luna Film dari Beirut, Libanon yang meminta izin untuk membuat film Bilal Muadzin Rasulullah saw. Setelah menyimak film tersebut mereka menetapkan hal-hal sebagai berikut:
  1. Allah swt memuji sahabat dan menjelaskan posisi mereka yang mulia dan tinggi, dengan membuat film atau sinema tentang kehidupan mereka, telah menghilangkan pujian Allah tersebut dan menurunkan mereka dari posisi tinggi yang dengannya Allah jadikan mereka orang yang mulia.
  2. Membuat film salah seorang dari mereka akan menjadi tempat menghina dan mencela Sahabat, bukan untuk kebaikan, taqwa dan akhlaq Islam. Dan tujuan dari pembuat film hanya mereguk keuntungan materi semata. Akibat lain dari film tersebut adalah manusia menganggap film ini tidak berarti dan tidak penting sehingga menggoncangkan ke-tsiqahan Sahabat Nabi dan menyembunyikan kebesaran dan kemuliaan Sahabat di mata penonton muslim, membuka pintu keragu-raguan umat Islam pada agama mereka, membuka pintu perdebatan dan diskusi tentang Sahabat Nabi. Lebih dari itu, jika seorang aktor bermain sebagai Abu Jahal dan semisalnya lalu keluar dari lisannya celaan pada Bilal dan Rasulullah dan ajaran Islam, tidak ragu lagi ini adalah mungkar.
  3. Mereka mengatakan bahwa maslahatnya: Menampakkan akhlaq mulia, adab yang baik, menjaga hakikat sejarah, tidak melenceng sekalipun dan tetap menjaga ibrah dan nasehat di dalamnya. Ini hanya dugaan dan perkiraan belaka, karena yang mengetahui kehidupan bintang film akan mendapatkan hal yang menyelisihi kenyataan.
(Sumber: Fiqih Nawazil: Dirasah Ta’shiliyyah Tathbiqiyyah oleh; Dr. Muhammad Husain Al-Jaizarani, hal: 318  juz: 4 dalam bab Hukmu Tamtsil wa Tashwir Anbiya’ was Shahabah, cet I, Dar Ibnul Jauzi, 2005 M)
Fatwa Darul Ifta’ Al-Mishriyyah tahun 1404 H
Kesimpulannya:
  1. Kisah-kisah dalam Al-Quran turun untuk memperbaiki pemahaman-pemahaman yang salah.
  2. Para Nabi dan Rasul lebih agung lagi mulia untuk diperankan seseorang atau syaithan sekalipun.
  3. Penjagaan Allah (ishmah) kepada Nabi dan Rasul untuk diserupai syaithan menjadi penghalang (mani’) sekaligus larangan bagi manusia untuk menyerupai mereka, hal tersebut berlaku juga pada keturunan, istri dan sahabat Nabi saw.
(Sumber: Al-Fatawa Al-Islamiyyah Darul Ifta’ Al-Mishriyyah; jili 10, terbit cet I, tahun 1983 M/ 1404 H)
Syaikh Ali Abdul Baqi dalam program acara “Al-Hayatul Aan” menyebutkan bahwa fatwa Al-Azhar yang bersumber dari Majma’ Buhuts Islamiyyah, yang melarang penayangan serial Rasul, Nabi, Ahlul Bait dan ‘Asrah Mubasyirin bil Jannah tetap belaku dan tidak berubah.
“Al-Azhar dan badan ini berulang kali mengumumkan penentangannya terhadap penayangan gambar para nabi dan Ahlul Bait as di sinema dan televisi.” Demikian ditegaskan Syaikh Ali Abdul Baqi.
Sikap Syiah terhadap film Muawiyah, Hasan dan Husain
Bagi kalangan Syiah membuat film yang mempertontonkan pribadi Ahlul Bait dan Sahabat sebagai hal yang biasa sebagaimana point-point berikut:
  1. Ada fatwa dari senior ulama Syiah yang memperbolehkan menampilkan film Nabi, Ahlul Bait dan Sahabat, seperti fatwa Husain Fadhlullah dalam bukunya “Fiqhul Hayat” hal.166 dan Fatwa As-Sistani dalam bukunya “Alfiqhu Lilmughtaribin wifqa Fatawa Samahatul Imam As-Sistani” hal.343 masalah ke 595.
  2. Kita telah melihat realisasi dari fatwa tersebut dari serial para nabi yang dibuat produser Syiah seperti film serial Nabi Ibrahim, Nabi Sulaiman, Nabi Ya’qub, Nabi Yusuf, Nabi Zakaria, dan Nabi Isa alaihis salam dan penampilan tokoh seperti Maryam binti Imran dan malaikat Jibril alaihis salam !!!!! kebanyakan dari film serial ini banyak menampilkan kesalahan berkenaan hak-hak para nabi, tanpa meminta rekomendasi dari ulama atau marja’ Syiah terlebih dahulu dan film tersebut tersebar di TV dan situs-situs baik Syiah maupun bukan.
  3. Bahkan ada kabar bahwa sutradara Iran berenacana membuat film tentang pribadi Nabi Muhammad saw, dan anehnya maraji’ Syiah tidak ada yang menolak dan mengeluarkan fatwa boleh membuat film kehidupan Nabi Muhammad, sebagaimana fatwa dari As-Sisitani.
  4. Produser perfilm-an Iran telah banyak membuat film tentang peri kehidupan Ahlul Bait seperti film; “Imam Ali”, “Fatimah Al-Madhlumah”, “Imam Husain”, “Bilal Al-Habsyi”, dan serial “Mukhtar Ats-Tsaqafi”, yang disiarkan oleh TV Al-Manar dan Al-Kautsar, dalam film serial tersebut tidak jarang terdapat celaan-celaan terhadap kemuliaan para sahabat, seperti dalam serial film “Mukhtar Ats-Tsaqafi”.
  5. Tiap tahun pada hari-hari Asyura, Syiah membuat teater sandiwara yang dikenal dengan “At-Tasyaabih” yang bercerita tentang kisah terbunuhnya Imam Husain. Pribadi Husain, anak dan saudaranya ditampakkan secara jelas, tapi di daerah Iraq seperti Qathif dan Ihsa’, orang yang yang berperan sebagai Imam Husain ditutup dengan kain.

Lalu ada satu pertanyaan kenapa Syiah getol menyiarkan larangan penayangan film serial ini? Seorang marja’ Syiah menekankan bahwa serial ini telah melakukan tindak kriminal dan menuntut pada pengadilan supaya penayangan serial ini dihentikan. Sementara itu, di Iran, beberapa marja’ Syiah mengharamkan untuk menonton serial ini. Setidaknya ada tiga hal yang mendasari sikap Syiah tersebut:
Pertama; Pengikut Syiah tidak setuju dengan film ini karena kandungannya yang bertentangan dengan keyakinan asasi mereka seperti; Pribadi Abdullah bin Saba’ yang oleh Syiah dianggap sebagai tokoh fiktif dalam sejarah dan film ini ingin menunjukkan bahwa Abdullah bin Saba’ benar ada dan bukan fiktif.
Jika hal ini terbukti maka runtuhlah fondasi Syiah karena golongan Syiah meyakini bahwa Syiah telah muncul semenjak zaman Rasulullah saw. Tetapi kenyataan sejarah menyatakan bahwa Abdullah bin Saba’ adalah pelopor berdirinya Syiah. Oleh karena itu, dengan menghilangkan figur Abdullah bin Saba, mereka berharap dapat diterima sebagai salah satu mazhab dalam Islam yang tidak ada kaitannya dengan Yahudi.
Kedua; Film serial ini memberikan legitimasi akan keabsahan Yazid bin Muawiyah sebagai khalifah sepeninggal ayahnya, Muawiyah bin Abu Sufyan yang dibaiat oleh kaum muslimin.
Mengenai pribadi Yazid bin Muawiyah, tidak ada seorang pun dari Ahlus Sunnah yang menganggap dia kafir. Tapi kebanyakan orang mengatakan bahwa ia fasiq. Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata: “Yazid  telah  bersalah  besar  dalam  peristiwa Al  Harrah dengan berpesan kepada pemimpin pasukannya, Muslim     bin  Uqbah untuk membolehkan pasukannya memanfaatkan semua harta   benda, kendaraan, senjata, ataupun makanan penduduk Madinah selama tiga hari. Demikian pula terbunuhnya sejumlah sahabat dan anak-anak mereka dalam peristiwa tersebut. Maka dalam menyikapi Yazid bin Muawiyah, kita serahkan urusannya kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.  Hal  ini  sebagaimana  yang  dikatakan oleh Adz-Dzahabi, “Kita tidak mencela Yazid, tapi tidak pula mencintainya”.
Ketiga; Film serial ini berusaha untuk menafikan segala bentuk pertentangan dan kontradiksi antara Ahlul Bait dan Sahabat, mereka senantiasa hidup damai dan berdampingan. Dan memang demikian adanya, saya pernah menulis artikel tentang “Bukti kasih sayang antara Ahlul Bait dan Sahabat Nabi saw” yang bisa anda baca disini.
Demikianlah sikap Sunnah dan Syiah tentang film serial Muawiyah, Hasan dan Husein, dimana sikap Ahlu Sunnah teguh bahwa bermain film sebagai Nabi, Sahabat dan Ahlul Bait adalah haram secara syari’at, sedangkan Syiah menolak serial ini karena isinya yang tidak sesuai dengan faham dan pendirian mereka.
Terakhir, bahwa serial apa saja yang dibuat tidak akan mengubah esensi sejarah, karena untuk mengetahui sejarah, umat islam sudah cukup mempelajarinya langsung dari kitab-kitab sejarah yang menjadi warisan paling berharga seperti kitab Al-Bidayah wan Nihayah, Al-Kamil fit Tarikh, Al-Waafi bil Wafayaat, Murujuz Zahabi dan lainnya.
Walau begitu film Muawiyah, Hasan dan Husain dan film sebelumnya; Yusuf As-Shiddiq dan Khalid bin Walid, sangat bagus, mengajak kita menikmati atmosfir kehidupan pada masa dulu, selain itu bahasa Arabnya yang fasih, membantu kita belajar bahasa Arab yang fushhah. Dan setidaknya tulisan tentang film-film tersebut bisa sebagai lampu hijau bahwa di film tersebut ada hal-hal yang perlu diperhatikan.
Referensi:
Al-Fatawa Al-Islamiyyah Darul Ifta’ Al-Mishriyyah; cet I, tahun 1983 M/ 1404 H
Fiqih Nawazil: Dirasah Ta’shiliyyah Tathbiqiyyah oleh; Dr. Muhammad Husain Al-Jaizarani, cet I, Dar Ibnul Jauzi, 2005 M
Artikel dalam Bahasa Arab yang ditulis oleh Usamah Sahadah di situs www.almoslim.net yang berjudul Haqiqah Hujumu Syiah ala Musalsal “Hasan wal Husain”.
23.08 | 1 komentar

Rambu-Rambu Menonton Film Yusuf As-Shiddiq Alaihis Salam

 Kontroversi Sunni-Syi’i dalam Film Yusuf As-Shiddiq Alaihis Salam

Secara umum, film ini sangat prestisius karena telah berhasil dan sukses dalam menggambarkan kehidupan nabi Yusuf as dan peristiwa serta kejadian yang dialaminya. Dibuat dengan seni yang sangat tinggi dan detail sehingga seakan-akan kita benar-benar melihat panorama mesir kuno, bahasa arabnya pun pun amat fasih, cocok bagi anda yang ingin mempelajari bahasa Arab dengan baik dan benar, alur ceritanya juga sangat bagus dan sesuai dengan urutan sejarah karena skenario film ini dibuat oleh 20 penulis yang membutuhkan waktu selama 4 tahun untuk menyelesaikan skenario film tersebut, dengan bersandar pada kitab-kitab tafsir, hadits, fiqih, tarikh dan beberapa kitab dari mazhab sunni, sehingga terkumpul menjadi 8000 lembar, yang kemudian di ringkas menjadi 1800 lembar dengan judul: يوسف المتوكل على الله”  serta “يوسف الفتوة”dan “يوسف والدعوة إلى وحدانية الله”.

Dari sekian banyak media massa, Televisi atau film adalah salah satu media massa  yang banyak digandrungi masyarakat, karena menyuguhkan gambar dan suara sekaligus yang bergerak sangat dramatis sehingga mampu mewarnai imajinasi dan juga menyihir jiwa dan mengendalikan fungsi-fungsi kejiwaaan. Di antara film yang sempat menyihir berjuta-juta mata umat Islam adalah film nabi Yusuf As-Shiddiq. Film ini mulai ditayangkan di awal ramadhan tahun 1427 H dan menjadi film dokumenter pertama yang disukai begitu banyak penonton di seluruh dunia Islam.
Dan seperti yang kita ketahui, bahwa masyarakat muslim di negeri ini sangat haus dengan film religius, mereka sudah muak dengan semua film dan program acara yang berbau hedonis dan ditaburi kriminalitas dan seksualitas. Namun amat disayangkan, film-film religius yang beredar terkadang ibarat serigala berbulu domba, namanya aja yang religius tapi isinya penuh dengan adegan atau narasi yang cenderung mencederai aqidah umat islam. Maka, umat islam harus selalu berwaspada dari segala bentuk perusakan aqidah yang sering dilakukan oleh musuh-musuh islam dengan cara yang amat halus, seperti dengan media film.
Seperti film garapan Hanung Bramantyo yang berjudul ‘Perempuan berkalung sorban’ dan ‘?’ yang banyak mendapat kecaman dari berbagai elemen umat islam karena isinya yang bermuatan sepilis (sekulerisme, pluralisme dan liberalisme).
Untuk level internasional, ada satu film yang sempat mengundang banyak kontroversi dari kalangan sunnah dan syiah karena menampilkan peran seorang nabi, sahabat dan malaikat yaitu film Yusuf As-Shiddiq yang disutradari oleh, Farajullah Salahshur dari Iran. Perlu diketahui bahwa saat ini mereka (orang-orang Syiah) dengan sangat halus masuk dan menguasai pikiran manusia di seluruh dunia dalam bentuk cerita-cerita film yang dikemas dengan sangat menarik yang dijadikan alat untuk mensosialisasikan faham Syiah mereka.
Film Yusuf As-Shiddiq alaihis salam
Film ini bercerita tentang perjalanan nabi Yusuf as dari semenjak ia lahir sampai akhirnya bertemu dengan ayahnya, Ya’qub as. Film ini terdiri dari 45 episode yang tiap episodenya berdurasi sekitar 45 menit. Masuk ke dalam film terpopuler pada tahun 2008 dan telah menghabiskan berjuta-juta uang Iran, berkisah tentang kejadian-kejadian penting dalam kehidupan Yusuf as. Statsiun tv yang menyiarkan film ini cukup banyak seperti; alkawthar, almanar, albidayah dan alhuurrah.
Secara umum, film ini sangat prestisius karena telah berhasil dan sukses dalam menggambarkan kehidupan nabi Yusuf as dan peristiwa serta kejadian yang dialaminya. Dibuat dengan seni yang sangat tinggi dan detail sehingga seakan-akan kita benar-benar melihat panorama mesir kuno, bahasa arabnya pun pun amat fasih, cocok bagi anda yang ingin mempelajari bahasa Arab dengan baik dan benar, alur ceritanya juga sangat bagus dan sesuai dengan urutan sejarah karena skenario film ini dibuat oleh 20 penulis yang membutuhkan waktu selama 4 tahun untuk menyelesaikan skenario film tersebut, dengan bersandar pada kitab-kitab tafsir, hadits, fiqih, tarikh dan beberapa kitab dari mazhab sunni, sehingga terkumpul menjadi 8000 lembar, yang kemudian di ringkas menjadi 1800 lembar dengan judul: يوسف المتوكل على الله”  serta “يوسف الفتوة”dan “يوسف والدعوة إلى وحدانية الله”.
Untuk mengumpulkan apresiasi penonton, tv alkawthar membuat acara talk show “ma’al musyahidin atau bersama para penonton film Yusuf As-Shiddiq, yang menghadirkan para pemain dari film Yusuf, yang menampung semua tanggapan serta pujian dari para penonton di seluruh dunia islam.
Ada yang menyebutkan bahwa 90% orang Arab telah membeli film ini karena sangat terkesima dengan kisah-kisahnya seperti kisah bagaimana Yusuf menghindar dari cengkraman Zulaikha dan lari melewati 7 lapis pintu, bagaimana seorang anak kecil yang belum bisa berbicara menjadi saksi akan kesucian Yusuf dan bagaimana ketika Zulaikha telah bertaubat dan menyesal atas apa yang pernah dilakukannya, ia menjadi ruhaniawati sejati seperti Rabiatul Adawiyah yang cintanya sangat berlebih kepada Allah swt melebihi cintanya kepada Yusuf as, bahkan ketika ada perintah Allah agar Yusuf menikahi Zulaikha, ia enggan untuk menemui Yusuf selama 40 hari karena ingin bermunajat kepada-Nya.
Musthafa Zamani adalah aktor (mumatsil) dari nabi Yusuf as ia pria Iran yang lahir tahun 1982 M di kota Faridun Kanar di sebelah selatan kota Iran, sekarang menjadi mahasiswa fakultas teknik di salah satu universitas di Iran. Untuk menjadi pemeran dari Nabi Yusuf as ini dia harus mengalahkan 3000 orang saingannya. Dia ditemukan oleh sang sutradara, Farajullah Salahshur, setelah selama satu setengah tahun melakukan  casting (pemilihan) pemain. Aktor lainnya adalah Katayun Riyahi yang memainkan peran Zulaikha, Husain Ja’fari yang memainkan peran Yusuf kecil, dan Ja’far Dahqan yang berperan sebagai Butifar yaitu raja mesir yang disebut Al-Aziz.
Episode pertama dari film ini, bercerita tentang kelahiran nabi Yusuf as dan bagaimana ayahnya, nabi Ya’qub as menyelisihi pendeta dan khurafatnya dan menyeru kepada agama yang benar dan hanif.
Di episode kedua diceritakan tentang proses dan peristiwa yang terjadi ketika kelahiran Yusuf as, dimana ketika dia lahir, terjadi hujan deras dan ma’bad (tempat menyembah) terbakar, sehingga manusia beriman kepada nabi Ya’qub as.
Episode setelahnya, bercerita tentang migrasinya Ya’qub beserta keluarganya ke Kan’an untuk mendapatkan perintah kenabian setelah ayahnya, Ishaq as wafat. Di tengah perjalanan istrinya yang menjadi ibu dari nabi Yusuf melahirkan saudara Yusuf, Benyamin, akan tetapi kelahiran tersebut berakibat pada kematian istrinya. Setelah kematian istrinya, Ya’qub amat cinta dan sayang kepada nabi Yusuf as yang membuat hati yang lain merasa dikucilkan dan pilih kasih sehingga mereka berencana untuk membunuh Yusuf as. Episode setelahnya berkisah seperti yang telah diketahui.
Dalam menanggapi film ini, umat islam terbagi menjadi dua kubu; ada yang setuju dan ada yang menentang. Yang setuju mayoritas adalah peganut syiah dan ahlus sunnah yang awam yang tidak mengetahui propaganda syiah di balik pembuatan film ini. Dan di antara yang menentang peredarang film ini adalah komite ulama tertinggi Syiah di Iran, Majma’ Buhuts Islamiyah sebuah lembaga tertinggi di Al-Azhar yang dipimpin oleh Dr. Ahmad Ath-Thayyib juga menyuarakan keberatan mereka terhadap film Yusuf As-Shidiq yang ditayangkan di Drama Melody di Mesir pada satelit Nil Sab dan meminta agar penayangan tersebut diberhentikan.
Selanjutnya mereka mengeluarkan fatwa larangan membuat adegan film para nabi, sahabat dan ahlul bait. Fatwa senada juga diikuti institusi islam lainnya seperti fatwa Haiah Kibarul Ulama di Saudi, fatwa dari Lajnah Daimah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta’ di Saudi, Lajnah Fatwa di Mentri Wakaf Kuwait dan fatwa lainnya dari ulama-ulama tsiqah (terpercaya).
Fatwa di atas sebenarnya pernah dikeluarkan sekitar 30 tahun yang lalu, ketika sutradara Mustafa al-Akkad menyerahkan naskah filmnya al-Resala (The Message) karena menayangkan beberapa sahabat nabi seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.

Catatan atas film Yusuf As-Shiddiq
Catatan ini saya buat dari hasil menyimak dan menonton langsung film Yusuf dan saya tambah dari beberapa artikel yang saya dapat dari beberapa muntada (forum) dalam bahasa Arab yang saya ikuti. Tujuan dari catatan ini adalah sebagai rambu-rambu ketika anda melihat film tersebut agar tidak termakan dengan beberapa kejanggalan di dalamnya.
Dan berikut ini catatan-catatan atas film Yusuf As-Shiddiq.
  1. Menampakkan adegan peran Nabi Yusuf as dan Nabi Ya’qub as. Telah kita ketahui bahwa beriman kepada para Nabi termasuk dari salah satu rukun iman, sebagaimana banyak dijelaskan dalam al-Quran dan hadits-hadits nabi, dan konsekwensi dari iman kepada para nabi adalah dengan menghormati serta memuliakan mereka secara layak baik ketika mereka hidup atau mati tanpa diiringi sikap ghuluw dan ifrath, karena mereka adalah hamba Allah yang terbaik, sebagaimana firman Allah swt;
لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ * أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
Sudah menjadi fakta bahwa tidak ada lukisan atau patung yang menggambarkan bagaimana keadaan tubuh dari para nabi, sehingga hampir tidak mungkin menemukan gambaran asli mereka, lalu atas dasar apa seorang aktor tertentu telah memenuhi syarat untuk berperan sebagai nabi?? Bahkan syaithan pun tidak mampu dan diharamkan untuk menyerupai jasad para nabi di dalam mimpi, sehingga jika ada seseorang mengaku benar-benar bersua dengan nabi bisa jadi ia jujur, karena syaithan tidak dapat menyerupai jasad seorang nabi di dalam mimpi, sebagaimana sabda nabi saw di dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim;
رآني في المنام فقد رآني، فإن الشيطان لا يتمثل بي
Lalu bagaimana jika seorang aktor memainkan peran seorang nabi, dan kemudian ia memerankan pemain sebagai seorang pemabuk misalnya, jelas ini tidak sopan dan mengurangi kesucian seorang nabi utusan Allah.
Para nabi adalah orang yang ma’shum (terjaga dari dosa) dan mendapat kemuliaan dan posisi tertinggi di sisi Allah swt, sampai-sampai Allah swt mengharamkan bumi untuk menggorogoti jasad mereka, seperti hadits yang diriwayatkan oleh imam Nasa’i dan dishahihkan oleh Al-Bani berikut:
إن الله حرم على الأرض أن تأكل أجسادالأنبياء
Lantas apakah mereka pernah meihat wajah nabi Yusuf as, apakah mereka pernah melihat wajah nabi Ya’qub as sehingga mereka membuat actor yang memerankan nabi Yusuf yang ketampanannya ½ dari ketampanan semua manusia? Apakah Musthafa Zamani setampan nabi Yusuf? Tidak ada barang 1 persen pun dari ketampanan Yusuf as.
  1. Menampakkan peran aminus sama’, Malaikat Jibril as. Jibril yang disebutkan oleh Rasulullah saw sangat berbeda dengan manusia, ia memiliki sayap, ia memiliki 600 sayap yang terlihat disebelah ufuk ketika Nabi saw menerima wahyu.
  2. Ada beberapa kisah israiliyat dalam film tersebut seperti:
    1. Yusuf memerintahkan rakyatnya untuk mengambil khumus (bagian harta yang biasa diambil oleh ulama syiah) agar selamat dari musim paceklik.
    2. Yusuf mengusapkan kemejanya di wajah Zulaikha, istri al-Aziz, agar penglihatannya pulih dan kembali muda sekali lagi agar bisa dinikahi oleh Yusuf as. Tetapi al-Quran berbicara lain, nash Al-Quran telah memutus hubungan antara Yusuf dan Zulaikha setelah si raja tahu bahwa Yusuf bersih dari segala macam tuduhan yang dialamatkan kepadanya, sebagaimana Qs. Yusuf: 52.
    3. قَالَتِ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ الْآنَ حَصْحَصَ الْحَقُّ أَنَا رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِين
    4. Disebutkan bahwa nabi Yusuf as hidup di masa firaun yang disebut akhnatuun dan firaun itu akhirnya menjadi muwahhid (orang yang bertauhid) apakah benar demikian??
    5. Di akhir episode film ini disebutkan adanya kabar gembira dengan datangnya al-Mahdi yang disebut dalam film tersebut dengan al-mukhlish, dari mana mereka memasukkan al-mahdi di film Yusuf?
  3. Ada satu hal yang banyak dipertanyakan oleh kalangan Ahlus sunnahn kepada orang-orang Iran. Ketika mereka membuat seri film Karbala’, mereka tidak menampakkan wajah Ahlul Bait seperti Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husan, Ja’far As-Shadiq dan Zainal Abidin kecuali dengan cahaya atau hanya suara saja, lalu kenapa mereka menampakkan dengan jelas nabi Yusuf dan nabi Ya’qub??
Anda tidak perlu heran karena menurut Syiah, imam mereka lebih tinggi derajatnya dari para nabi, silahkan simak perkataan ulama-ulama Syiah berikut:
Ayatullah Khomeini berkata dalam bukunya “Al-Hukumah Al-Islamiyyah: 52” demikian “Sesungguhnya di antara yang wajib diimani dalam mazhab kita ini (Syiah) ialah bahwa para imam Syiah itu mempunyai kedudukan yang tidak mungkin dicapai oleh malaikat yang terdekat dengan Allah sekalipun dan juga oleh nabiyang diutus”.
Ibrahim Al-Musawi Adz-Dzinjani berkata dalam bukunya “Aqaidus Syiah Al-Imamiyyah Al-Itsna as’ariyyah juz III bahwa “Kami berkeyakinan bahwa imam itu seperti Nabi saw, ia ma’shum dari semua kesalahan dan perbuatan, baik lahiriyah maupun batiniyah dari usia kanak-kanak sampai menjelang kematian, baik sengaja ataupun tidak. Para imam juga tidak pernah lupa dan bersalah sebab mereka dijaga oleh Allah”.
Demikian beraninya mereka berkata yang amat keterlaluan, padahal nabi Muhammad saw sendiri tidak sampai demikian.
  1. Seandainya saja film-film demikian tidak dicegah, maka orang-orang Syiah akan lebih berani, misalnya dengan membuat film kartun yang ada gambar nabi dan malaikat dan suara nabi, malaikat bahwa suara Allah swt munkgkin juga mereka buat, waliyadzubillah
Dan untuk memperjelas fatwa dari para ulama di atas tentang larangan membuat film yang memerankan nabi, sahabat dan tabi’in kami lampirkan fatwa dari lajnah daimah yang telah saya buat dalam bentuk jpg berikut:
Sekian artikel ini saya tulis sebagai bentuk ma’dhirah dan pelepasan tanggung jawab bahwa saya telah berusaha mengingatkan umat islam dari bahaya dan serangan dari musuh-musuh islam yang tidak menginginkan islam jaya di muka bumi. Saran dan kesan kami tunggu sebagai bahan saya untuk lebih maju.
Untuk mendownload film ini bisa dicoba di link-link berikut:
- http://al-thekra.net/category/tv-shows/islamic-tv-series/yousef-al-sedeq/
- http://www.ba7anwar.com/vb/showthread.php?t=3301
- http://shiavoice.com/cat-3539.html
Di postingan sebelumnya saya juga pernah menulis artikel tentang beberapa pemahaman salah yang masih banyak dianut mayoritas umat islam tentang sosok nabi Yusuf as; artikel menarik itu dapat anda baca lewat link berikut: Sumber
23.03 | 3 komentar

Saluran TV Streaming Online

Pilih World Television kemudian pilih TV Islami
21.21 | 2 komentar

Journey To Mecca : With Ibnu Battuta (2009)

Written By Rudianto on Senin, 25 Maret 2013 | 22.09

Journey To Mecca : With Ibnu Battuta (2009)

Film dengan format IMAX ini disutradarai oleh Bruce Neibaur bercerita tentang perjalanan haji Ibn Battuta di tahun 1325-1326 M. Seorang petualang Muslim terbesar sepanjang masa, bahkan melebihi perjalanan Marco Polo (petualang asal Italia), perjalanan haji ini menjadi awal petualangannya menyusuri nyaris seluruh wilayah Timur Tengah, pantai utara Afrika, Persia (kini Iran), Cina, dan Andalusia (kini Spanyol). Sejak akhir April 2009 diputar di Teater IMAX Keong Emas, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.

Ibn Battuta (diperankan Chems Eddine Zinoun) berangkat tahun 1325M dari kampung halamannya di Tangier, Maroko menyusuri pantai dan pegunungan utara Afrika menuju Mesir. Dalam perjalanannya ia menghadapi kerasnya tantangan alam dan, tentu saja, perampokan. Ia nyaris kehilangan nyawanya, jika saja seorang pemimpin suku nomaden tidak mencegah para perampok lebih jauh. Tidak lama Ibn Battuta ditampung di perkemahan pemimpin suku tsb dan menanyakan mengapa ia bersikeras pergi haji ke Mekkah.

Pemimpin suku ini (diperankan Hassam Ghancy) tahu bahwa Ibn Battuta memiliki kerabat kaya di Kairo dan menawarkan diri mengawal hingga kota piramid. Dengan bayaran tinggi tentunya. Ibn Battuta menolaknya dan melanjutkan perjalanan menuju Laut Merah agar bisa menyeberang ke Mekkah. Perang Byzantium membuat keadaan pantai tidak aman dan Ibn Battuta nyaris menyerah. Sang pemimpin suku mengikutinya dan kembali menawarkan bantuan. Akhirnya Ibn Battuta mengalah dan berdua mereka kembali ke pantai utara menuju Damaskus.

Di Damaskus keduanya berpisah. Sang pemimpin Badui menolak ketika diajak Ibn Battuta pergi haji ke Mekkah. “Allah belum memanggilku,” katanya. Ia mengembalikan uang upah Ibn Battuta dan minta dibelikan hewan qurban baginya untuk dipersembahkan kepada Allah SWT. Ibn Battuta bergabung dengan ribuan jamaah haji dari Damaskus menuju Mekkah.

Seusai haji Ibn Battuta ingat sebuah hadits Rasulallah,”Pergilah menuntut ilmu hingga ke negeri Cina.” Ia terinspirasi hadits tsb dan melanjutkan perjalanan bertualang ke nyaris seluruh negeri Jazirah Arab, Cina, India, Andalusia, dan sebagian Asia Tenggara. Ia tiba di Baghdad beberapa tahun setelah Persia dihancurleburkan oleh Genhis Khan. Catatan mengatakan ia sempat berkunjung ke pulau Sumatera. Total 40 negeri ia kunjungi, 5 kali pergi haji, dan 3 kali perjalanan lebih jauh dibanding Marco Polo. Ibn Battuta baru kembali ke kampung halamannya 29 tahun berikutnya. Kelak ia memiliki murid yang menjadi juru tulisnya, sementara Ibn Battuta menarasikan kisah perjalanannya.
22.09 | 1 komentar

Wanita Perjuangan Menantimu



Kalau kita mengeluh susah dalam menghadapi hidup ini, bayangkanlah ada orang yang lebih susah daripada kita. Penderitaan kita terlalu kecil dibandingkan dengan nikmat yang Allah karuniakan yang begitu banyak yang kita kecapi selama ini. Itupun kita masih mengeluh dan tidak puas hati. Itu bermakna kita protes akan takdir Allah. Tetapi tidak salah seandainya kita berusaha mencari penyelesaian, dengan ujian-ujian Ilahi.... dengan sabar dan ridho.

Wanita... andai tidak dipimpin dengan ilmu dan iman... mereka inilah yang paling mudah berkeluh kesah, resah dan bimbang. Bimbang dengan kesusahan dan masalah hidup, bimbang dengan keperluan yang dirasai seringkali tidak mencukupi dan bimbang dengan pelbagai perkara lain.
Kesusahan di dunia, sakit, pening, kekurangan harta, keperluan dan lain-lain, tidak lain dan tidak bukan, ujian hidup semata. Ujian, latihan dan tarbiyyah dari Allah Ta'ala. Ujian sebagai tanda kasih sayang Ilahi, sebagai kaffarah dosa-dosa juga sebagai pengangkat martabat di sisi Ilahi, insyaAllah.
Segalanya ditempuh dengan ridho dan sabar. Menyerahkan sepenuh harapan dan pergantungan kepadaNya, moga-moga dibantu oleh Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Pejuang-pejuang yang bersama Rasulullah SAW, hidup mereka susah. Bukan karena tidak inginkan kemudahan tetapi karena mereka memiliki hati yang zuhud.

Mereka korbankan harta dan kemewahan demi untuk melihat Islam tegak berdaulat. Dengan sifat inilah dunia melutut tunduk di bawah pemerintahan baginda Rasulullah dan para sahabat yang cinta mereka pada akhirat melebihi segala-galanya.

Hanya orang-orang yang ikhlas karena Allah dalam perjuangan serta tidak memiliki kepentingan apa-apa saja yang akan terus tetap dan terpilih di atas landasan mujahadah untukNya. Andai kita lihat sikap sebagian wanita hari ini. Harta dan kemewahan yang menjadi buruan. Intan, berlian dan emas, kalau tidak bergayut di badan, hati merasa tidak puas. Seolah-olah tidak lengkap. begitu juga pakaian dan perhiasan lain. Ya Allah, semoga hati ini dididik untuk tidak memandang dunia, amin.

Kalau semua wanita sibuk mengumpulkan barang kemas, bagaimana Islam akan membangun? kapan masanya untuk memperhalusi ibadah? memperhalusi hati dan mendidik akhlak? apalah lagi menjadi 'abidah-perindu Ilahi?

Seorang wanita yang ingin menjadi wanita solehah akan mengutamakan kepentingan Islam lebih daripada kepentingan diri. Hati mereka zuhud dengan dunia. Qanaah - merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah Ta'ala. Ridho dengan setiap ketentuanNya, juga ridho dengan suaminya.
Mereka mampu bermujahadah, biarpun secara berangsur-angsur apabila berhadapan dengan kemewahan dunia. Bahkan senantiasa mencoba menginfaqkan harta dunia.... untuk saham akhirat. Segalanya demi kepentingan Islam tercinta. Dimana bumi dipijak, disitu Islam dijunjung. Didaulat dan dimartabatkan. Memanglah di dunia tak nampak apa-apa keuntungan, karena kerinduan jaminan dan janjiNya di akhirat kelak.

Apapun, segala-galanya bertitik-tolak dari hati. Hati yang benar-benar cintakan Allah, Rasul dan cinta untuk melihat Islam ditegakkan. Demi mardhatillah dan cinta-Nya yang didambakan.
"Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah). Niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" - Ali Imran : 31.
Uang yang bertimbun akan habis juga akhirnya. Harta, barang kemas yang disayangi pasti ditinggalkan apabila tiba masanya kelak. Alangkah ruginya kalau banyak menyimpan harta yang hanya 'beku' walhal ia boleh dijadikan sebagai penyelamat diri di akhirat kelak.

Orang-orang yang telah meletakkan cinta Allah sebagai cinta yang utama, juga akan bercita-cita untuk menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur. Rasulullah pernah bersujud syukur apabila diberikan sandal yang baru.
Dan nyata hari yang berlalu sama sekali tidak boleh dilupakan, banyak iktibar yang perlu diteladani.... kisah Saidatina Khadijah, Rabiatul Adawiyah, Sumaiyyah, Asma binti Abu Bakar dan tokoh-tokoh mukminah zaman silam.... betapa hebatnya cinta mereka kepada Allah dan kepada Islam.

Sifat zuhud bisa membantu Islam berkembang. Terutamanya bagi seorang wanita, apabila kecintaannya kepada kemewahan, harta dan segalanya dapat disalurkan kepada perjuangan Islam.
Dan wanita perindu Allah... itu yang seharusnya menjadi idaman, didambakan. Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita solehah. Yang diperlukan sebagai tiang negara... juga yang bakal menggoncang dunia dengan didikan mereka terhadap anak-anak generasi dan pemimpin masa depan, InsyaAllah.

Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah. Tuhan seru sekalian alam.

05.46 | 0 komentar

LAYU

Written By Rudianto on Minggu, 24 Maret 2013 | 21.28

Janganlah engkau layu jika cinta fana menipumu,
Janganlah engkau layu andai jodoh belum menyapamu,

***

Dewasa ini banyak muda mudi merasa rendah diri, stres dan gejolak rasa ingin memiliki menjadikan mereka berusaha memenangi hati dalam memiliki seseorang tanpa mengenal halal dan haram. Yang penting dapat.

Pilu hati melihat remaja yang merana karena cinta. Mereka merasakan perihnya pinangan cinta dusta, tetapai tidak mampu mengarahkan diri mencari cinta hakiki. Tak segan lagi diperhambakan untuk menagih cinta sementara hingga sanggup berkonflik dengan pencipta cinta. Semua batas-Nya di langgar, tak kenal dosa dan pahala.

Benar bahwa lelakilah yang memulakan langkah pertama dalam lorong dosa, tetapi bila wanita tidak setuju, lelaki itu tidak akan berani.

Cinta sebelm menikah itu hanya menjerumus ke lembah dosa dan zina. Jika mampu bertahan ke jenjang pelamin sekalipun bahwa rumahtangga itu takkan berkah.

Apa tidaknya, asasnya di bina dari dosa dan maksiat. Mana mungkin dapat menegakkan tiang takwa yang utuh kecuali dengan taubat.

Rumahtangga akan menjadi tawar dan hambar. Semuanya sudah di rasa dan terbiasa, hendakkan rasa nikmatnya apalagi ? Anak-anaklah yang akan menjadi mangsa. Terimalah ia sebagai hukuman di dunia. Amat pedih. Namun, terlalu sedikit berbanding pedihnya hukuman abadi di negeri sana.

Bagi yang belum berpunya, Andalah pilihan Allah untuk mekar terpelihara sehingga tiba pula giliran anda mendapat seruan. Yakinlah ! Jangan risau jika masih belum berpunya karena mungkin Allah ingin bagi ketenangan dulu, untuk terus melangkah menggapai cita-cita.

Begitu juga buat pemuda yang belum berpunya, utamakan yang lebih penting daripada apa yang penting. kenali prioritas. Jika memang sudah sampai saat ingin memiliki, pastilah waktunya akan tiba, berusaha, jika memang sudah betul-betul mampu dan bersedia.

Memiliki seorang isteri solehah ibarat memiliki dunia dan seisinya, sudah tentu jalan untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa amat berliku dan banyak tantangan. Berusaha memperbaiki diri dan sebaik-baiknya gunakan orang perantaraan untuk lebih menjaga warak dan iman jika menghendakinya untuk menikahi.

Seringkali, seseorang mencari kekasih ibarat dia mendaki gunung yang tinggi. Pepohon berduri sanggup di redah, curam dan jurang sabar ditempuh. Namun apabila dia memilikinya, di dapati insan yang di kejar itu cuma dedaunan kering. Begitulah perumpamaan sia-sia usaha yang tak di salur dengan suluhan petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah.

Urusan jodoh tak kemana. Sudah tercatat di lauh mahfudz, pasti. Apa yang tak pasti adalah adakah kita mendapatkannya secara mulia atau sebaliknya.

Sahabat ...
Janganlah engkau layu .. Jika kau terpisah dengan cinta manusia yang palsu. Berarti Allah inginkan kau kembali, Allah yang akan menjaga mu .. Jangan layu !!!
21.28 | 0 komentar

Film "Uwais Al Qorni " Tidak Terkenal di bumi, Terkenal di langit

Written By Rudianto on Rabu, 20 Maret 2013 | 10.39

Uwais termasuk salah satu tokoh ahli zuhud dan panutan utama dalam kezuhudan serta sebaik-baik tabi’in, hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Umar bin Khattab ra, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah seorang laki-laki yang bernama Uwais, ia mempunyai seorang ibu dan ia sangat berbakti kepadanya, ia juga mempunyai tanda putih, suruhlah ia untuk memintakan ampun bagi kalian.”

Dalam kitab Shahih Muslim, juga disebutkan dari Umar bin Khattab RA, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda,

“Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman dari Kabilah Murad dari golongan Qorn, dulu ia pernah terkena penyakit belang lalu sembuh kecuali yang tersisa tempat sebesar ukuran satu dirham, ia memiliki ibu dan ia sangat berbakti kepadanya, seandainya ia memohon do’a dengan nama Allah, pasti Allah akan mengabulkannya, bila kamu bisa, mintalah ia mohon ampun kepadamu, maka lakukanlah”

Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai dari golongan makhluknya orang-orang yang bersih, tersembunyi dan terbebas dari dosa, rambut mereka berantakan, wajah mereka berdebu, perut mereka kelaparan, bila mereka meminta izin untuk menghadap pada pemimpin mereka tidak diberi izin, bila mereka meminang wanita yang kaya tidak akan diterima, bila mereka pergi tidak dicari, bila mereka muncul tidak ada yang gembira dengan kedatangan mereka, bila mereka sakit tidak dikunjungi, bila mereka wafat tidak diantar jenazahnya, “

Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, tolong sebutkan kepada kami salah seorang dari mereka, Rasulullah menjawab: itulah Uwais Al Qarani,"

Mereka bertanya, "Siapakah Uwais Al Qarani itu?" Beliau SAW menjawab: “Seseorang yang bermata biru, berambut merah, berdada lebar, berukuran sedang, berkulit kemerahan, kepalanya selalu tertunduk, pandangannya terarah ke tempat sujud, bersedekap, selalu menangisi dirinya, penampilan compang-camping, selalu diabaikan, memakai sarung dan selendang dari kulit domba, tidak dikenal oleh penduduk bumi, tapi dikenal oleh penduduk langit, seandainya ia memohon kepada Allah pasti Allah akan mengabulkan doanya, ketahuilah bahwa di bawah ketiak sebelah kiri terdapat kulit yang putih, dan ketahuilah bahwa kelak di hari kiamat diserukan kepada para hamba: masuklah ke dalam surga lalu dikatakan Uwais: berhentilah, berilah syafaat, lalu Allah memberinya syafaat untuk orang-orang sebanyak kabilah Rabiah dan kabilah Mudhor. Wahai Umar dan Ali bila kalian bertemu dengannya, maka mintalah kepadanya agar ia memintakan ampun bagi kalian berdua niscaya Allah akan mengampuni kalian.”

Seorang thabi’in yang sangat mulia di hadapan Allah, memberi syafaat ketika manusia yang lain masih mencari pintu mana yang akan dimasuki. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat kepada Uwais. semoga biografi ini dapat menjadi inspirasi.



Produser: Akbar Tahvilian
Direktur: Amir Ghavidel
Cast:
Mehmood Raza Ghadriani sebagai Owais Qarni
Shabnam Gholikhani sebagai Salmeh
Parvaiz Pourhosseini
Nikou Kheradmand sebagai ibu dari Owais Qarni
Changiz Vosoghi
10.39 | 2 komentar

Rumah Idaman

Written By Rudianto on Selasa, 19 Maret 2013 | 14.30

Suatu ketika, Ummu Muhammad bersama suaminya melintasi sebuah pemukiman di kawasan real estate dengan kendaraan roda dua mereka. Sepanjang mata memandang, terlihat berjajar rumah megah nan mewah. Asyik juga melihat deretan rumah yang bisa membuat hampir tiap orang 'bermimpi' dibuatnya.

Sejenak, pikiran Ummu Muhammad pun melayang. Membentuk sebuah ruang imajiner bernama angan-angan. la membayangkan, pasti enak sekali kalau punya rumah seperti itu. Sebuah hunian eksklusif, lengkap dengan taman dan kolam yang indah, plus interior dengan pernak-perniknya yang mahal. Apalagi, ditambah dengan mobil elegan yang siap mengantar, tanpa harus kepanasan ataupun kehujanan. Hmm, hidup pasti akan terasa nyaman.

Syaithan lihai membuat lengah dan menjebak manusia. Sehingga, dengan mudahnya syaithan menggiring jiwa kita yang lemah dan menipunya dengan khayalan semu tentang kesenangan dunia.
Rumah, memang menjadi kebutuhan primer bagi manusia. Rumah adalah suatu nikmat dari Allah yang terkadang, bahkan sering 'dilupakan' oleh manusia. Padahal dengan adanya rumah, manusia bisa mendapatkan banyak sekali kemudahan dan kesenangan dalam hidup.

Allah mengingatkan kita akan kenikmatan ini dalam surat An-Nahl: 80, "Allah menjadikan bagimu rumahrumahmu sebagai tempat tinggal ...".Ibnu Katsir menjelaskan ayat tersebut, bahwa Allah mengingatkan akan kesempurnaan nikmat yang Dia curahkan atas para hamba-Nya, berupa rumah tempat tinggal yang berfungsi untuk memberikan ketenangan bagi mereka. Mereka bisa berteduh (dari panas dan hujan) dan berlindung (dari segala macam bahaya) di dalamnya, serta berbagai manfaat lainnya".


Jangan Melihat ke Atas

Jika kita senang mengamati rumahrumah real estate yang menjanjikan kemewahan atau rumah-rumah yang levelnya lebih tinggi dari rumah kita, sering kali bisa membuat kita menjadi kurang bersyukur. Meski sederhana, toh rumah yang kita tempati juga menjanjikan keteduhan. Masih banyak dari mereka
yang rumahnya bahkan kontrakannya jauh lebih kecil dan sempit dari rumah kita, yang tak punya rumah, tinggal di gubuk-gubuk, emperan pertokoan atau tempat-tempat yang siap digusur oleh razia petugas.

Memang, kita boleh berkeinginan. Punya rumah lapang dan nyaman untuk menunjang aktivitas peribadatan. Namun, seharusnya kita tak selalu memandang keatas dan seolah merasa kekurangan.
Rasulullah SAW pun telah berpesan, "Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kalian dan jangan melihat orang yang lebih di atas kalian. Yang demikian ini (melihat ke bawah) akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kalian." (HR. Muslim).

Lagipula, Allah telah menetapkan rizki berupa rumah pada masing-masing orang yang dikehendaki-Nya. Asalkan tak berpangku tangan, rizki milik kita tak akan pernah jatuh ke tangan orang lain. Begitu juga sebaliknya.

Rumah Impian yang Sebenarnya

Hasrat untuk mendapatkan rumah di dunia, seharusnya tak melebihi ambisi kita untuk memiliki rumah di surga. Sebuah hunian di perkampungan akhirat yang kekal. Lengkap dengan perhiasan, perlengkapan dan pelayan-pelayannya, beserta keindahan dan kenikmatan yang tak pernah disaksikan oleh mata, tak pernah di dengar oleh telinga, dan tak pernah terbetik di dalam hati.

"Bangunan di surga batu batanya dari perak dan dari emas. Tanah lapisannya dari minyak kesturi terbaik dan lantainya dari mutiara dan batu yaqut, tanahnya adalah za'faran. Siapa yang memasukinya akan mendapatkan kenikmatan yang tidak putus dan kekal yang tidak ada kennatian, pakaian mereka tidak rusak dan usia mudanya tidak hilang." (HR Ahmad dan at-Tirmidzi).

Kemewahan rumah surga yang begitu mempesona. Rumah yang selayaknya menjadi impian dan idaman bagi setiap orang. Bahkan bukan sebatas sepetak rumah, melainkan istana megah yang luasnya sejauh mata memandang. Luar biasa memang!

Pantas saja, para shahabat begitu zuhud dan merindukan surga. Karena mereka telah menjadikan surga sebagai orientasi hidup yang melekat dalam benak mereka. Sehingga kerinduan untuk menjadi penghuninya, menggerakkan diri mereka untuk terus beramal dan berusaha meraihnya. Tak tergiur dengan sehelai dunia yang tak lebih berat nilainya dari sehelai sayap nyamuk

Sudah selayaknya jika kita berjibaku untuk membangun hunian kita di surga nantinya.Sibuk menabung amal, untuk 'membeli' rumah di surga dan menjadi pemiliknya kelak. Bukankah 'bahan bangunan'-nya adalah amal-amal yang kita lakukan di setiap saat yang kita lalui? Banyak hadits yang menjelaskan amalamal yang bisa menghantarkan kita menuju terwujudnya rumah impan kita di surga. Namun tentunya untuk memperoleh fasilitas istimewa ini dibutuhkan kesabaran dan istiqomah. Amal yang dilakukan memerlukan konsistensi, keseriusan dan keteguhan.

Semoga hasrat yang kita punyai sebagaimana hasrat seorang wanita pendamba rumah di surga, Aisiyah istri Fir'aun, yang doanya diabadikan dalam Al-Qur'an Al-Karim. Rabbibni Ili baitan 'indaka fil jannah. "Wahai Rabb-ku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga" (QS. At-Tahrim:11). (Ummu Aman)
14.30 | 3 komentar
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahu. (QS. Al-Baqarah:261)

DONASI

TEBAR DAKWAH FILM ISLAM

Teknik Support Streaming

DJ ONLINE

IP

Visitor

free counters

TAFSIR IBNU KATSIR

NURIS TV

AGENDA TV

STREAMING RADIO RUQO FM

STREAMING RADIO RUQO FM
Radio Dakwah Ruqyah Syariyyah

RUQO FM

Server Luar Negeri

Dengarkan Nurisfm Disini

Total Tayangan Halaman

Pengunjung