Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Hakikat Penyakit Hati

Written By Rudianto on Senin, 04 Desember 2017 | 09.53

📚 Seri Kajian Kitab Ighatsatul Lahfan - Menyelamatkan Hati dari Tipu Daya Setan

Bagian 2
*Hakikat Penyakit Hati*

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman mengenai orang-orang munafik: _“Dalam hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah menambah penyakit mereka.” (Al-Baqarah [2]: 10)_

Allah juga berfirman: _“Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit ” (Al-Hajj [22]: 53)_

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰنِسَآءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَاَحَدٍ مِّنَ النِّسَآءِ اِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَـطْمَعَ الَّذِيْ فِيْ قَلْبِهٖ مَرَضٌ وَّقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا 

_"Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah-lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik."_ (Al-Ahzab [33]: 32)

Dalam ayat ini, Allah melarang istri-istri Nabi berbicara dengan memerdukan suara, sebagaimana wanita lain yang biasa berbicara dengan gaya demikian, sehingga muncullah keinginan pada orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit syahwat. Namun, jangan sampai mereka berbicara kasar. Hendaklah mereka berbicara dengan perkataan yang baik.

Allah berfirman,

_“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit di dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu ) niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka.”_ (Al-Ahzab [33]: 60)

Allah SWT berfirman:

وَمَا جَعَلْنَاۤ اَصْحٰبَ النَّارِ اِلَّا مَلٰٓئِكَةً ۖ  وَّمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ اِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا  ۙ  لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ وَيَزْدَادَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِيْمَانًا وَّلَا يَرْتَابَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ وَالْمُؤْمِنُوْنَ ۙ  وَلِيَقُوْلَ الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ وَّالْكٰفِرُوْنَ مَاذَاۤ اَرَادَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا   ۗ  كَذٰلِكَ يُضِلُّ اللّٰهُ مَنْ يَّشَآءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ   ۗ  وَمَا يَعْلَمُ جُنُوْدَ رَبِّكَ اِلَّا هُوَ  ۗ  وَمَا هِيَ اِلَّا ذِكْرٰى لِلْبَشَر

_"Dan yang Kami jadikan penjaga neraka itu hanya dari malaikat; dan Kami menentukan bilangan mereka itu hanya sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, agar orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin, agar orang yang beriman bertambah imannya, agar orang-orang yang diberi kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu; dan agar orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (berkata), Apakah yang dikehendaki Allah dengan (bilangan) ini sebagai suatu perumpamaan? Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri. Dan Saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia.”_ (Al-Muddatstsir [74]: 31)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberitahukan hikmah, mengapa Dia menjadikan jumlah malaikat penjaga neraka sembilan belas. Allah itu menyebutkan lima hikmah:

1. Sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, yang akan menjadikan mereka bertambah kafir dan tersesat

2. Sebagai penguat keyakinan Ahlukitab. Pemberitahuan ini bisa menguatkan keyakinan mereka, karena ia sesuai dengan informasi yang mereka peroleh dari nabi-nabi mereka, padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tidak pernah berjumpa dan belajar dari mereka. Dengan demikian, tegaklah hujah bagi siapa di antara mereka yang membangkang dan akan berimanlah siapa di antara mereka yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan petunjuk.

3. Sebagai penambah keimanan orang-orang yang telah beriman, lantaran kesempurnaan keyakinan dan pengakuan mereka terhadapnya.

4. Sebagai penghapus keraguan dari Ahlu kitab karena kuatnya keyakinan mereka terhadapnya dan dari orang-orang mukmin karena sempurnanya kepercayaan mereka terhadapnya.

5. Menimpakan kebingungan kepada orang kafir, orang yang hatinya berpenyakit. Hatinya tetap buta tentang maksud bilangan tersebut. Mereka mengatakan, “Apakah yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?”

Inilah keadaan hati ketika kebenaran yang diturunkan kepadanya datang. Ada hati yang tertimpa bencana olehnya karena kekafiran dan penolakannya sendiri. Ada hati yang bertambah iman dan yakin karenanya. Ada hati yang meyakininya sehingga tegaklah alasan baginya. Dan ada pula hati yang diliputi kebingungan dan kebutaan, tidak tahu apa yang dimaksudkan darinya.

Sekiranya kata “yakin” dan “tidak ragu-ragu” pada ayat di atas dimaksudkan untuk satu hal yang sama yaitu yakin dan tidak ragu terhadap jumlah malaikat yang sembilan belas  maka disebutkannya “ketidakraguan” berfungsi menegaskan “keyakinan” dan menafikan kebalikannya. Adapun jika kedua kata tersebut dimaksudkan untuk dua hal yang berbeda, di mana kata "yakin" dimaksudkan terhadap kabar mengenai jumlah malaikat, sedangkan “tidak ragu-ragu” dimaksudkan terhadap apapun yang dikabarkan oleh Rasul secara umum, disebabkan kabar yang hanya diketahui dari Rasul ini mengindikasikan kebenaran beliau, sehingga orang yang telah mengetahui kebenaran kabar ini tidak ragu-ragu terhadap kejujuran Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, maka faedah penyebutannya sangat jelas.

Yang jelas, ayat-ayat di atas telah menyebutkan penyakit hati dan hakikatnya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

_“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”_ (Yunus [10]: 57)

Jadi, Al Qur'an adalah penyembuh bagi penyakit _jahl_ (kebodohan) dan _ghayy_ (penyimpangan) yang berada di dalam dada. _Jahl_ adalah penyakit yang bisa disembuhkan dengan ilmu dan petunjuk, sedangkan _ghayy_ adalah penyakit yang bisa disembuhkan dengan _rusyd_ (kelurusan dalam kebenaran).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menyatakan bahwa Nabi-Nya terbebas dari kedua penyakit tersebut. Dia berfirman:

_“Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidaklah sesat dan tidak pula menyimpang.”_ (AnNajm [53]: 1-2)

Rasul-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam juga menyifati para khalifah beliau dengan sifat yang berlawanan dengan kedua penyakit tersebut. Beliau bersabda:

_“Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khalifah yang lurus lagi mendapat petunjuk, setelahku,”_ (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Darimu, Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Hakim, Baihaqi, Baihaqi, Tahajud, dan Ibnu Hilang. Hadis tersebut Shahih. Lihat Shaahihul Jaami' II/345 dan Al Irwa' (2455).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menjadikan kalam-Nya sebagai pelajaran bagi manusia secara umum, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman kepadanya secara khusus, serta sebagai penyembuh yang sempurna bagi penyakit-penyakit yang ada di dalam hati. Barangsiapa berobat dengannya, niscaya akan
sehat dan sembuh dari penyakit. Tetapi barangsiapa enggan berobat dengannya maka ia sebagaimana perkataan syair berikut:

_Bila sembuh dari penyakit yang ada padanya, ia menyangka bahwa dirinya telah selamat, padahal pada dirinya masih terdapat penyakit yang akan membunuhnya_

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْـقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ ۙ  وَلَا يَزِيْدُ  الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا

_"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian."_
(QS. Al-Isra' [17] : Ayat 82)

Indikasi makna kata “min” yang paling kuat di ayat ini adalah sebagai keterangan jenis” bukan min yang bermakna "sebagian" atau dari. Maka, seluruh Al-Qur’an merupakan obat dan rahmat bagi orang-orang beriman.

•┈◎❅◎❀🌺❀◎❅◎┈•

✍ *Ighatsatul Lahfan - Ibn Qayyim Al Jauziyyah*

*➡ Repost By*
Rudi Abu azka

*🔍kunjungi my blog:*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
*🌏https:// abuazkacollection.blogspot.com*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
*🔍Fanspage :*
*🌏https://www.facebook.com/ibnukatsironline/*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

*Silahkan Bagikan Artikel Ini Dengan Tidak merubah Isi Artikel, Semoga Menjadi Amal Jariyyah*

*وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ*

0 komentar:

Posting Komentar